SEBAB-SEBAB FUTUR
SEBAB-SEBAB FUTÛR
1. Tidak
adanya keikhlasan atau tidak menyertakan keikhlashan disaat beramal. Mewujudkan
keikhlashan pada suatu amal yang benar-benar bersih dari kotoran-kotoran dan
kepentingan pribadi, adalah sesuatu yang paling berat dirasakan oleh jiwa.
2. Lemahnya
ilmu syar’i. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa ilmu yang bermanfaat
akan mewariskan rasa takut, Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya yang takut
kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” QS. Fâthir: 28
3. Bergantungnya
hati pada dunia serta melupakan akhirat. Tanda untuk itu terlihat dari apa yang
diobrolkan. Karena lidah akan senantiasa mengulang-ulangi pembicaraan dari apa
yang paling terpenting yang tersimpan dihati. Jika hati itu sibuk dengan urusan
akhirat maka umumnya yang diobrolkan adalah tentang akhirat, begitu juga dengan
sebaliknya. Penyair berkata:
إن الكلام لفي الفؤاد وإنما جعل اللسان علي الفؤاد دليلا
“Sesungguhnya kata-kata itu adanya dalam hati, adapun lidah, ia diciptakan sebagai suara hati”
4. Fitnah
istri dan anak; dengan mendahulukan apa yang mereka cintai atas apa yang
dicintai oleh Allah disaat terjadi dua keinginan yang saling bertolak belakang.
Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu
ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka] QS.
At-Taghâbun: 14.
5. Hidup
di lingkungan yang rusak (terpengaruh dengan lingkungan). Tadabburilah hal itu,
bagaimana Rasulullah menjelaskan kepada orang yang telah membunuh seratus orang
untuk berpindah dari kampungnya (lingkungannya) ke kampong (lingkungan) yang
lain. (HR. Al-Bukhâri dan Muslim).
6. Bersahabat
dengan orang-orang yang berkehendak lemah dan bercita-cita rendahan. Faktor
inilah yang dapat mematikan niat dan kehendak serta melemahkan tekad. Tanda
untuk itu adalah seperti yang anda saksikan pada kebanyakan kaum muslimin yang
pemikiran mereka hanya sebatas pada pengaturan sandang pangan, belanja, gaji
serta asuransi untuk masa depan anak !
7. Melakukan
beragam kemaksiyatan, kemungkaran, dan mengkomsumsi harta yang haram. Ibnul
Qayyim rahimahullah berkata, “Dan diantara hukumannya-yakni hukuman
kemaksiyatan- bahwa ia dapat melemahkan perjalanan hati menuju Allah dan
kampung akhirat, atau menghalanginya, menghentikannya, serta membelokkannya
dari jalan tersebut. Kemaksiyatan tidak akan membiarkannya melangkah menuju
Allah walau satu langkah pun. Jika pun ia tidak dapat memutar halauan
seseorang; maka dosa itu menghijab dan memutuskan perjalanan.
8. Arah
tujuan yang tidak jelas. Banyak manusia hari ini, hidup dalam kehidupan tanpa
tujuan yang jelas atau dengan tujuan-tujuan yang rendahan!! Ia tidak memahami
tujuan hidup yang sebenarnya dan pada akhirnya ia tidak akan memikirkan tujuan
hidupnya.
9. Berbagai
hukuman dan penghalang yang diletakkan oleh masyarakat dijalan para du’at. Dan
ini merupakan sunnatullah dalam penciptaannya. Allah ta’ala berfirman, “Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah
beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi.” QS. Al-‘Ankabût: 2.
10. Mengasingkan
diri dan meninggalkan jamaah. Uzlah (mengasingkan diri) seperti ini merupakan
sebab futûr yang paling berbahaya.
11. Jumud
(tidak bervariasi) dalam menerapkan metode dakwah, dimana ia hanya terfokus
pada sebagian metode dan meninggalkan metode yang lainnya.
12. Menyimpan
dari tujuan semula. Dan ini dapat disaksikan pada orang yang dakwah telah
berubah disisinya dari risalah berubah menjadi wazhifah (jabatan).
13. Lemahnya
pendidikan keagamaan. Faktor yang satu ini menyebabkan kerusakan yang nyata di
tengah – tengah masyarakat muslim; dan setiap muslim dapat mengenali
tanda-tanda kerusakan ini di dalam dirinya sendiri, dimana zhahirnya tampak
lebih baik dari batinnya.
Obat Futûr
Setiap penyakit ada obatnya. Dan sebagaimana yang telah kita ketahui dari kajian diatas bahwa futur itu adalah penyakit yang berbahaya. Mengenai pengobatannya, maka ulama-ulama telah meletakkan beragam pengobatan untuk itu, diantaranya:
1. Selalu
menjaga dan memperbarui keimanan. Rasululah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Tiada satu hati pun kecuali memiliki awan seperti awan menutupi
bulan. Walaupun bulan bercahaya, tetapi karena ditutup oleh awan, ia menjadi
gelap. Ketika awannya menyingkir, ia pun kembali bersinar.” (HR. Ath-Thabrâni
dalam al-Awshath 5220 dan dihasankan oleh Al-Albany dalam shahihul jami’ 5682).
2. Muraqabatulah
(merasakan pengawasan Allah) serta memperbanyak dzikir. Dan muraqabah tidak
akan terwujud kecuali dengan selalu menyertakannya dalam hidup. Barangsiapa
yang melazimi muraqabah maka dia akan mengetahui tujuan dan baiklah
kesudahannya.
3. Ikhlas
dan taqwa. Ini adalah pokok segalanya dan merupaan sebab kesuksesan.
4. Membersihkan
hati dari sifat dengki, hasad, buruk sangka, serta penyakit-penyakit yang
menimpa hati. Jika hati bersih maka pemiliknya akan berjalan dengan mudah dan
ringan menuju Allah. Ia tidak akan berhenti apalagi surut ke belakang.
5. Senantiasa
menjalin hubungan dengan berbagai kalangan yang berjuang di medan dakwah. Ini
adalah pengobatan penting yang dapat menguatkan kehendak dan mendongkrak
cita-cita. Ia dapat diwujudkan dengan saling berkunjung, saling mencarikan
udzur, disertai dengan berbaik sangka, dan saling berterus terang pada setiap
mengungkapkan permasalahan.
6. Menuntut
ilmu serta menyusun jadwal tetap dalam menghadiri majelis ilmu.
7. Mengatur
waktu dengan seefektif mungkin dan selalu melakukan muhasabah diri. Ada berapa
banyak waktu yang telah dihabiskan dalam kemaksiyatan, kesia-siaan, serta
perkara -perkara mubah. Orang yang cerdas adalah orang yang dapat menghisab
dirinya sendiri.
8. Selalu
bersikap pertengahan. Sikap ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap jiwa adalah
penyebab kebosanan dan sebab ditinggalkannya kesinambungan amal. Sedang sikap
bermudah-mudah dan sering mengabaikan sesuatu adalah penyebab munculnya
penyimpangan.
9. Melazimi
jamaah dalam segala bentuk ketaatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
10. Pendidikan
(Tarbiyah) yang menyeluruh lagi sempurna. Dengan cara membersihkan pendidikan
dari ragam keburukan dan kehinaan lalu menghiasinya dengan berbagai keutamaan.
Kesucian batin lebih didahulukan dari kesucian lahir.
11. Tauladan
yang baik serta bersahabat dengan orang-orang yang shalih.
12. Berdoa
dan meminta tolong kepada Allah, serta waspada dari kelemahan.
13. Banyak
mengingat kematian dan takut dari su’ul khatimah (kematian yang buruk).
Wahai pembaca yang budiman…aku bersumpah kepada Allah untukmu, agar engkau mau membaca ulang makalah ini serta membawa jiwamu padanya. Lalu bandingkanlah dengan realitas yang ada disekelilingmu, kemudian pilihlah olehmu mana yang lebih bermanfaat bagi agama dan duniamu.
Wahai pembaca yang budiman…aku bersumpah kepada Allah untukmu, agar engkau mau membaca ulang makalah ini serta membawa jiwamu padanya. Lalu bandingkanlah dengan realitas yang ada disekelilingmu, kemudian pilihlah olehmu mana yang lebih bermanfaat bagi agama dan duniamu.
Wa
shallallâhu wa sallam wa bârik ‘ala Nabiyyinâ Muhammad wa Âlihi wa shahbihi.
Diterjemahkan oleh Al-Faqîr Abu Halbas
Diterjemahkan oleh Al-Faqîr Abu Halbas
Dari
tulisan yang berjudul ‘al-Futûr…al-Asbâbu wal ‘Ilâju’
Karya
Asy-Syaikh Shafwât Asy-Syawadfi rahimahullah.
0 komentar:
Posting Komentar